(Foto di atas hanya ilustrasi belaka)
UFO di Surabaya pernah lewat juga. Dalam buku “UFO Salah satu masalah dunia masa kini” karangan Bpk. J. Salatun diceritakan bahwa tahun 1964, UFO pernah lewat di Surabaya mengganggu Dwikora. Muncul selama seminggu penuh mulai tanggal 18 sampai 24 September 1964. Nampak dengan mata telanjang maupun lewat radar. Muncul di daerah segitiga: Surabaya, Malang dan Bangkalan. UFO-UFO itu bahkan sempat ditembaki dengan meriam artileri pertahanan udara kita. Dikabarkan salah satu dari UFO itu juga pernah mendarat di sebelah selatan Surabaya.
Sewaktu masih berkecamuknya Dwikora, Surabaya sebagai salah satu basis kekuatan pertahanan berada dalam keadaan siap siaga, mendapat kunjungan benda-benda terbang tak dikenal setiap malam selama seminggu penuh dari tanggal 18 sampai dengan 24 September 1964. Tamu-tamu yang tidak diundang itu tampak secara serentak baik di layar radar maupun dengan mata telanjang, sehingga tergolong dalam penyaksian RV (Radar Visual Sightings).
Benda-benda tak dikenal itu mulai beraksi sesudah matahari terbenam dan menghilang menjelang fajar menyingsing. Benda-benda itu ada yang bergerak seperti pesawat terbang atau helikopter biasa, tetapi ada pula yang melakukan olah gerakan yang serba mendadak. Kegiatan benda-benda terbang yang aneh itu dipusatkan di dalam daerah segitiga Surabaya-Malang-Bangkalan. Keadaan cuaca di daerah kejadian selama minggu itu adalah cerah.
Benda-benda aneh itu menurut deskripsi para saksi mata adalah benda hitam yang kadang-kadang memperlihatkan ekor api yang lebih panjang dari api gas buang pesawat pancar gas yang sedang menyalakan “afterburner”nya. Meskipun bentuk badannya tersembunyi di kegelapan malam, ia membawa lampu yang sangat terang di bagian bawahnya. Seorang saksi kebetulan melihat bentuk badannya yang memantulkan cahaya dari bawah dan menggambarkannya seperti sebuah mangga oleh karena berbentuk elipsoida yang berwarna hijau kebiru-biruan. Saksi mata lain menggambarkan cahaya UFO itu seperti lampu belakang mobil. Seorang penerbang Angkatan Udara yang pada suatu malam kebetulan berada di dekat kota Porong melukiskannya sebagai bulat seperti rambu lalu lintas akan tetapi menyala merah padam dan tampak melayang ke arah Surabaya tanpa berbunyi sama sekali. Benda-benda itu kadang-kadang memancarkan bunyi mendengung seperti sebuah gasing yang sama sekali berbeda dengan bunyi pesawat pancar gas maupun pesawat piston.
Ciri khas dari kasus UFO Dwikora Surabaya adalah bahwa benda-benda terbang tak dikenal itu disambut dengan tembakan-tembakan gencar dari meriam-meriam artileri pertahanan udara kita. Di dalam sejarah UFO sambutan dengan tembakan meriam penangkis serangan udara lainnya hanyalah terjadi di Kepulauan Kurillen yang diduduki oleh Uni Sovyet pada awal tahun 60-an.
UFO itu ternyata tidak mempan ditembak dengan meriam, oleh karena tidak ada sebuah pun yang berhasil ditembak jatuh. Dari pengamatan dengan radar ternyata, apabila tembakan kita mengenai sasarannya, mereka segera mengubah ketinggiannya. Mereka itu terbang tidak tinggi, hanya sekitar 1200 m saja. Dengan gencarnya tembakan artileri sasaran udara di atas daerah yang padat penduduknya, tidak dapat dihindarkan jatuhnya korban. Beberapa orang yang sedang duduk di luar rumah mereka di daerah Sidoarjo terkena pecahan peluru meriam. Mungkin mereka sedang menikmati kesejukan hawa malam sehingga kurang memperhatikan adanya bahaya udara.
Benda-benda terbang tak dikenal itu juga pernah tampak mendarat pada malam hari di sebelah selatan Surabaya. Keesokan harinya seorang penerbang Angkatan Laut mendatangi tempat tersebut dengan helikopter, akan tetapi tidak menemukan bekas-bekasnya. Stasiun radar di Ngliyep, Malang, kurang lebih 120 km sebelah selatan Surabaya, menangkap sasaran-sasaran yang berputar-putar di atas pantai dan kadang-kadang ada yang berhenti.
Di daerah itu pernah tersiar berita tentang pendaratan sebuah benda bulat di tengah-tengah kebun jagung. Menurut saksi mata seorang petani yang menjaga kebun jagung itu dari benda tadi keluar 2 orang asing yang mengenakan pakaian berwarna keperak-perakan yang mengkilau.
Mereka berambut pirang dan bertanya kepada petani itu,”Ini jagung?” Laporan petani itu hanya dijadikan bahan tertawaan saja. (Bagi mereka yang mempelajari masalah UFO, kejadian itu mirip dengan kasus di Amerika Serikat yang terjadi dalam tahun 60-an juga. Dilaporkan adanya makhluk UFO yang berambut pirang dan yang berbicara dengan aksen bahasa Jerman).
Pandangan alat negara tentang peristiwa Surabaya tercermin di dalam telaahan staf Komando Pertahanan Udara Nasional berjudul “Penerbangan-penerbangan tidak dikenal di Sektor II (Surabaya)” tertanggal 29 September 1964 yang menyimpulkan, bahwa sasaran tidak dikenal sebagai yang telah dilaporkan memang ada, bahwa sasaran itu terdiri dari pesawat terbang biasa dan pesawat tanpa awak, bahwa kegiatan sasaran adalah kegiatan lawan, dan bahwa tujuannya adalah untuk perang urat saraf di samping secara tidak langsung mempengaruhi roda perekonomian.
Mengenai pengendalian secara elektronis kemungkinan terbesar dilakukan dari daratan, dari lautan mempunyai kemungkinan pula, sedang pengendalian dari udara secara teknis dapat diabaikan!.
Pada intisarinya mereka mengira UFO itu adalah senjata rahasia Angkatan Laut Inggris oleh karena pada waktu itu memang kapal induk Inggris “Victorious” dengan beberapa kapal perang lain sedang berada kurang lebih di sebelah selatan Kendari dalam pelayarannya kembali ke Singapura setelah memasuki Samudra India lewat Selat Sunda.
Diterobosnya pertahanan udara Surabaya oleh benda-benda terbang yang tak dikenal serta ekses-ekses yang timbul dari meriam-meriam penangkis serangan udara dengan sendirinya menimbulkan keresahan sosial.
Maka dari itu pada tanggal 8 Oktober 1964 Pejabat Presiden Dr.J.Leimana merasa perlu untuk mengeluarkan imbauan agar masyarakat ramai tetap tenang dan tidak menimbulkan suasana yang keruh serta dilarang untuk membuat desas-desus dan tafsiran-tafsiran.
Sebelum pengumuman itu penulis ini di dalam jabatannya sebagai Penasihat Ilmiah Menteri/Panglima Angkatan Udara dimintai pendapatnya tentang kejadian di Surabaya oleh WAKAS KOTI Laksamana Muda Udara Sri Mulyono Herlambang.
Saya kemukakan bahwa peristiwa itu sama dengan kejadian yang menimpa ibu kota Amerika Serikat Washington D.C. pada tahun 1952. Perbedaannya ialah bahwa ibu kota tadi tidak dalam suasana konfrontasi dan yang dikerahkan pesawat-pesawat pemburu segala cuaca Lockheed F-94 “Starfire”. Kesulitan yang dihadapi alat negara kita pada waktu itu ialah apabila sasaran-sasaran yang tak dikenal itu secara resmi diakui sebagai UFO, maka hal itu dapat menimbulkan kerawanan berupa mengendornya kesiap-siagaan dan terbukanya kesempatan bagi pihak lawan untuk menyalahgunakan kondisi itu.
UFOs sighted in Indonesia are identical with those sighted in other countries. Sometimes they pose a problem for our Air Defence and once we were obliged to open fire on them.
Air Marshall Roesmin Nurjadin, Commander in Chief of the Indonesian Air Force in 1967.
Source : Letter to Yusuke J. Matsumura from Air Marshal Roesmin Nurjadin,Commander-in-Chief, Indonesian Air Force, Djakarta, 5 May 1967.
The most spectacular UFO incident in Indonesia occurred when during the height of President Sukarno’s confrontation in Malaysia, UFOs penetrated a well defended area in Java for two weeks at a stretch, and each time were welcomed with perhaps the heaviest anti-aircraft barrage in history.
Air Commodore J. Salatun, National Aerospace Council of Indonesia, and a Member of the Indonesian Parliament in 1967.
Source : Letter from Air Commodore J. Salatun, published in UFO News, Vol. 6, No.1, 1974, CBA International, Yokohama, Japan.