Baca cerita sebelumnya: Pertemuan seorang wanita dari Jawa Tengah dengan Nordic Alien (Bagian 1)
Reza: Setelah Anda di ruang Data Center itu, Anda kemudian dibawa ke mana?
LR: Setelah di Data Center, saya dibawa keluar melewati Lorong.
Reza: Seperti apa lorongnya? Apakah seperti lorong putih polos seperti lorong yang mungkin Anda temui di bangunan kuno buatan Belanda?
LR: Lorongnya polos putih. Bahannya bukan tembok. Lantainya seperti lantai epoksi yang ada di pabrik.
Reza: Setelah itu?
LR: Saya diajak di luar bangunan. Rupanya bangunan yang saya masuki adalah bangunan observatorium.
Reza: Bagaimana Anda tahu bangunan itu adalah bangunan observatorium?
LR: Ada teropong besar seperti yang kita punya (*Catatan saya: Mungkin maksudnya Boscha). Bangunan ini ada di atas bukit.
Reza: Ada genteng di bangunan itu?
LR: Tidak. Bentuknya aneh tapi terkesan futuristik.
Reza: Apa di bukit itu ditumbuhi rerumputan?
LR: Tidak ada rumput. Bukitnya gundul. Bukitnya berupa tanah yang warnanya merah kekuningan. Tidak ada tanaman sama sekali.
Reza: Lalu di bukit itu apa yang terjadi?
LR: Dia (Nordic perempuan) menunjuk ke arah langit. Langitnya bewarna biru indigo. Terlihat lebih banyak bintang dan lebih terang. Bulannya lebih besar.
Reza: Bulannya lebih besar? Bulannya seperti apa?
LR: Ya ada kawah-kawahnya seperti bulan. Tapi ukurannya lebih besar.
Reza: Suasana saat itu malam atau siang?
LR: Malam.
Reza: Apa yang dilakukan Nordic perempuan di bukit itu pada Anda? Bisa diceritakan lagi?
LR: Dia cuma menggandeng lalu nunjukin bulan nunjukin bintang. Setelah itu kita masuk lagi ke dalam bangunan lagi terus saya dibawa ke Lorong yang bercabang. Misal yang tadi kanan, kini lewat kiri. Kemudian melewati puntu lalu ada cahaya terang lalu saya sudah di kamar.
Reza: Seperti apa pintunya? Seperti kamar Anda atau pintu kayu?
LR: Pintunya seperti pintu lift.
Reza: Oh pintu yang terbuka di tengah atau terbelah dua?
LR: Ya.
Reza: Katanya Anda dikunjungi berkali-kali. Kapan yang berikutnya?
LR: Berikutnya di tahun 2004.
Reza: Oh SMA kelas satu?
LR: Bukan. Saya masih SMP kelas tiga.
Reza: Anda dibawa ke mana?
LR; Di ruang Data Center.
Reza: Balik ke ruang Data Center ya? Apa yang Anda lihat?
LR: Mereka seperti mengamati Kutub dari monitor.
Reza: Kok Anda tahu kalau itu Kutub?
LR: Saya lihat ada Aurora Borealis. Saya lihat dokumenter tentang kutub dan ada auroranya. Jadi saya pikir itu kutub.
Reza: Setelah itu apa yang terjadi?
LR: Saya dibawa lorong lagi dan saya diantar ke pintu lagi.
Reza: Kapan lagi kejadian?
LR: Tahun 2012. Waktu saya kuliah. Saya lihat ada cahaya lagi dan ada suara berdenging lagi. Suara denging ini tidak selalu saat kejadian, tapi bisa beberapa hari sebelumnya kemudian baru kejadian.
Reza: Anda dibawa ke mana?
LR: Saya dibawa seperti ke ruang lab.
Reza: Ruang lab? Ada apa di sana?
LR: Ada janin kecil gitu.
Reza: Janin makhluk apa?
LR: Tidak tahu. Kecil sekitar 5 cm. Janinnya di dalam tabung lumayan besar. Tinggi sekitar 60 cm. Diameternya sekitar 30 cm.
Reza: Ada cairan tertentu di dalam tabungnya?
LR: Agak jernih. Putih keruh.
Reza: Seperti warna deterjen dicampur air?
LR: Tidak. Tapi seperti (LR kemudian menyebut merk minuman isotonik).
Reza: Oh seperti … air kelapa?
LR: Ya seperti itu.
Seperti warna air kelapa.
Reza: Janin ini warna apa?
LR: Janin masih merah. Ada tali pusar dari janin yang terhubung ke selang.
Reza: Ada berapa janin yang Anda lihat?
LR: Setiap tabung isi satu.
Reza: Anda dikasih tahu apa lagi oleh si Nordic?
LR: Ada banyak orang. Mereka lagi pengujian sampel.
Reza: Dari mana Anda tahu mereka melakukan pengujian sampel?
LR: Karena suasananya seperti saat di kuliah saya. Ada seperti pipet tapi berbeda dengan pipet kita yang harus memencet dulu baru cairan itu terhisap. Punya mereka lebih simpel. Tinggal didekatkan saja, cairannya sudah masuk sendiri.
Reza: Kemudian apa lagi?
LR: Ya saya diantar masuk pintu kemudian selesai.
Reza: Biasanya Anda ditemani berapa Nordic?
LR: Kadang satu kadang dua.
Reza: Ada kejadian lain?
LR: Tahun 2022.
Reza: Anda dibawa ke mana?
LR: Masih ruang lab yang isi janin-janin gitu. Lalu ada ikan, ada serangga…
Reza: Ikan? Ikan seperti apa? Ikan yang di laut yang besar-besar? Ikan yang Anda pernah lihat atau ikan yang Anda pernah tahu?
LR: Ikannya saya rasa ikan air tawar. Bukan air laut.
Reza: Ada hewan air apa lagi selain ikan?
LR: Ada kodok, ada kadal.
Reza: Selain itu?
LR: Ada batu, tanah, pasir, ada serangga. Ada tanah-tanah dari Bumi. Rasanya ruang ini ruang penyimpanan sampel.
Reza: Ada berapa orang?
LR: Sekitar 6 orang. Mereka seperti serius. Tapi saya rasa mereka seperti bertelepati. Sebab tiba-tiba saja ada kawannya datang lalu seperti sudah tahu apa yang harusnya dia lakukan tanpa diberitahu lewat ucapan.
Reza: Habis itu sudah? Anda di bawa ke pintu lagi?
LR: Iya.
Reza: Kapan yang terakhir?
LR: 22 Maret tahun ini.
Reza: Tahun 2023!?
LR: Iya. Ya seperti sebelum-sebelumnya. Ada denging, ada cahaya di jendela jam 1 pagi. Dibawa lewat cahaya.
Reza: Kemudian Anda dibawa ke mana?
LR: Ternyata saya di bawa ke panel organoleptik makanan. Anda tahu saya dikasih apa?
Reza: Apa?
LR: Saya disajikan satu mangkok kembang kol rebus dan satu mangkok semangka merah yang dpotong dadu.
Reza: Kol? Semangka merah?
LR: Iya. Lalu Nordic perempuan yang mengantar saya memakan kol dan semangka tadi seolah menyakinkan bahwa (yang disajikan) tidak berbahaya. Setelah saya coba, rasanya pahit dan ada bau besi.
Reza: Bau besi?
LR: Iya. Lalu semangkanya rasanya pertama manis lalu pahit. Seperti habis makan sakarin. Muka saya kayak nolak. Si Nordic kayak paham (kalau tidak suka rasanya). Lalu saya di bawa ke greenhouse (rumah kaca). Lalu di ruang itu mereka lagi mencoba menanam semangka, labu, kembang kol.
Reza: Ada berapa orang?
LR: Di dalam ada 4 orang. Di dalam greenhouse ada bau amoniak tapi saya pikir pupuk urea. Kemudan setelah itu saya diantar kembali.
Reza: Anda sudah menikah?
LR: Sudah.
Reza: Apa tanggapan suami?
LR: Begitu saya tersadar, ternyata suami juga terbangun. Waktu itu sudah jam setengah 3. Suami kebangun kayak denger suara “uuu … uuu..”. Katanya suasanya mencekam. Biasanya suasananya biasa tapi saat itu mencekam.
Reza: Bisa saya bicara dengan suami Anda?
Suami LR: Ya gimana, Mas?
Reza: Suaranya seperti suara apa?
Suami LR: Apa ya … seperti suara … burung hantu mungkin ya? Tapi rasanya di tempat tinggal kami (mereka berdua pindah ke daerah Jakarta) tidak mungkin ada burung hantu.
Selesai