Kepulauan Alor, 1959

Mengapa peristiwa di Pulau Alor ini menjadi penting dan perlu diangkat secara nasional? Hal ini dikarenakan pada bulan Juli 1959 itu, 63 tahun lalu, memang tanggal tepatnya tidak diketahui, dan juga peristiwa itu terjadi selama kurun waktu beberapa hari, telah terjadi berbagai kejadian yang berhubungan dengan UFO. Jika merujuk klasifikasi penampakan UFO menurut Prof. Allen Hynek, maka telah terjadi berbagai peristiwa, termasuk perjumpaan dengan makhluk asing yang tak dikenal, memiliki kemampuan yang bukan seperti layaknya manusia biasa, seperti bisa melompat tinggi, kebal, memiliki perangkat yang tidak seperti di masa itu, berpakaian unik.

Selain itu, terjadi juga peristiwa penculikan yang diduga dilakukan mereka, serta disertai dengan penampakan benda terbang aneh di pesisir pantai. Peristiwa ini dicatat dan diteliti oleh Marsekal Muda
TNI (Purn) Raden Jacob Salatun (alm), Bapak UFO Indonesia.
Sejauh ini ada 3 catatan yang resmi dikeluarkan oleh Bapak J. Salatun tentang insiden di Pulau Alor tersebut. Yang pertama adalah di dalam J. Salatun Communique #1 to J. Allen Hynek (ditulis tanggal 24 Februari 1977 yang bisa dibaca di Sign Historical Group Workshop Proceeding I, 1999.

Catatan kedua bisa dibaca di buku karya beliau yang berjudul “UFO Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini” yang diterbitkan oleh Yayasan Idayu pada tahun 1982.
Sementara catatan ketiga yang beredar di publik adalah ada di dalam sebuah paper ceramah beliau tentang UFO yang diselenggarakan oleh Metafisika Study Club, pada tanggal 22 Agustus 1999, di Hotel Kebayoran Jakarta. Dalam acara tersebut, Bapak J. Salatun menyampaikan ceramah dengan judul Beberapa Catatan Tentang “Misteri maraknya manusia yang diculik oleh makhluk UFO dan fenomena UFO “. Salah satu kasus yang disampaikan adalah yang terjadi di Pulau Alor tersebut.
Dalam surat Pak Salatun ke Prof Allen Hynek, yang bisa dibaca di PROCEEDIINGS OF THE SIGN HISTORIICAL GROUP UFO HISTORY WORKSHOP, di sana beliau menulis:
Let me turn to the sighting now, which were previously unknown to me, and which are the “harvest” of our TV interview. The best one is rather old—it dates back from 1959. I consider it the best, because it is alleged to be in the police files (I am still checking).
In 1959 a group of small islands in the Eastern part of Indonesia reported strange visitors for about one week at a stretch. They were shot at with arrows by the population, and with a submachine gun and rifles by the local police, without effect. They left tracks approximately 5 yards and then simply vanished.
When incidentally a peasant was encircled by several on the strange visitors, however, he was treated friendly. He was shown a round, small metallic object, like an alarm clock, showing a view of the countryside which was otherwise obscured by surrounding hills ( a kind of combination between television and wide angle binoculars ?).

The episode was closed by the sighting of an oval shaped, shining UFO, which left the area by flying low over the sea.


Jadi, nampaknya info dari kepala polisi ke Pak Salatun itu setelah ada siaran TVRI bersama antara Pak Salatun dengan Prof Hynek. Ceramah dan wawancara di TVRI ini terjadi pada tanggal 16 dan 20 Desember 1976.
Terjemahan dari teks:
Biarkan saya beralih ke soal penampakan sekarang, yang sebelumnya tidak saya ketahui, dan yang merupakan “panen” wawancara TV kita. Yang terbaik dan sudah kejadian agak lama — sudah ada sejak tahun 1959. Saya menganggapnya yang terbaik, karena itu diduga ada dalam arsip kepolisian (saya masih
memeriksa).
Pada tahun 1959 sekelompok pulau kecil di bagian timur Indonesia dilaporkan ada pengunjung asing selama sekitar satu minggu berturut-turut. Mereka ditembak dengan panah oleh penduduk, dan juga dengan senapan mesin ringan dan senapan oleh polisi setempat, tanpa efek. Mereka meninggalkan jejak
sekitar 5 meter dan kemudian menghilang begitu saja.

Ketika secara kebetulan ada seorang petani dikelilingi oleh beberapa pengunjung asing, ia diperlakukan ramah. Dia diperlihatkan benda bulat, logam kecil, seperti jam alarm, menunjukkan pemandangan pedesaan yang sebaliknya dikaburkan oleh perbukitan di sekitarnya (semacam kombinasi antara televisi dan teropong sudut lebar?).

Episode itu ditutup oleh penampakan UFO berbentuk oval berbentuk bersinar, yang meninggalkan
daerah itu dengan terbang rendah di atas laut.


Pak Salatun menulis ini tanggal February 24, 1977, berarti diperkirakan Pak Alwi Alnadad bertemu Pak Salatun antara akhir Desember (setelah tanggal 20 Des) 1976 hingga awal Februari 1977.
Selanjutnya, di buku pak Salatun yang berjudul “ UFO, Salah Satu Masalah Dunia Masa Kini “, beliau menulis tentang “Tamu-tamu Ajaib Kebal Senjata di Pulau Alor (1959)”. Isinya sebagai berikut:

Awal bulan Juli 1959 masyarakat Pulau Alor digemparkan oleh munculnya kawanan manusia ajaib yang tingginya rata-rata 1,80 m, berkulit merah, berambut perak berombak, berseragam biru tua dengan lengan panjang, bersepatu hitam dan berikat pinggang di mana terselip tongkat berbentuk tabung dari logam.
Satu-satunya keanehan hanyalah bagian belakang kepala yang agak tinggi yang tidak jelas penyebabnya: apakah dikarenakan oleh bentuk leher bajunya ataukah oleh bentuk daun telinganya.

Salah seorang manusia ajaib itu pernah terdapat sedang menyelidiki sesuatu, sehingga menimbulkan kecurigaan penduduk yang serta merta mengepungnya dan bahkan menyerang dengan panah. Ternyata manusia ajaib itu kebal dan bahkan berhasil meloloskan diri dengan jalan melompat tinggi di atas kepala para pengepungnya untuk selanjutnya menghilang tanpa meninggalkan jejak.
Di Pulau Pantar 6 orang manusia ajaib itu sesudah matahari terbenam berkeliaran masuk ke dalam perkampungan penduduk, yang oleh karenanya dicekam rasa takut sehingga semalam suntuk tidak berani keluar rumah. Salah seorang manusia ajaib yang berjenggot bahkan berani membuka jendela untuk selanjutnya sekedar meninjau keadaan di dalam rumah.
Seorang penduduk perkampungan di sebelah timur kota Kalabahi melaporkan, bahwa ketika ia turun dari memanjat pohon enau, ia dikepung oleh sekelompok manusia ajaib berseragam biru. Mereka saling bercakap-cakap di dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh penduduk tadi. Kemudian salah seorang di antara mereka tampil ke muka dan mempelihatkan sebuah alat berbentuk bulat seperti wekker tempo dulu.
Penduduk tadi tercengang karena melalui alat tadi ia dapat melihat pemandangan jauh di seberang sana padahal di depan mereka terbentang hutan lebat dan bukit-bukit yang tinggi.
Seorang anak berumur 6 tahun “diculik” oleh kawanan manusia ajaib, akan tetapi 24 jam kemudian ia ditemukan kembali di tengah ladang dalam keadaan bingung. Anak ini diketahui bernama Pangu. Setelah pulih kembali anak itu bercerita, bahwa ia dibawa ke tengah hutan dan mengalami berbagai pemeriksaan
medis. Ia ditawari suatu makanan jenis apa pun yang ia kenal.
Terdorong oleh laporan penculikan itu Komandan Polisi Alwi Alnadad mengerahkan kesatuan polisi yang bersenjatakan senjata-senjata otomatik jenis Bren, Garrand dan Thompson untuk menyergap manusia ajaib di tempat munculnya disebelah timur Kalabahi. Kurang lebih pukul 24.00 malam manusia ajaib itu muncul dengan pakaian seragam birunya, dan pada jarak 13 m tembakan-tembakan dilepaskan secara serentak. Anehnya, kemudian polisi tidak berhasil menemukan setetes darah pun yang tercecer, apalagi sesosok jenazah. Mereka hanya menemukan pohon-pohon yang tertembus peluru dan telapak kaki yang hanya sejauh 5 m sedang lebih jauh dari itu tidak terdapat jejaknya.

Setelah peristiwa penembakan itu banyak penduduk Pulau Alor telah melihat benda terbang berbentuk telur, berwarna putih gemerlapan, terbang dengan kecepatan tinggi di atas permukaan laut dari arah barat ke timur. Untuk seterusnya kabar tentang manusia ajaib tidak pernah terdengar lagi.
Kasus manusia kebal di Pulau Alor ini diungkapkan kepada penulis oleh komandan polisi setempat sendiri setelah ia menjadi purnawirawan 17 tahun setelah kejadian tersebut. Manusia-manusia ajaib yang dihubungkan dengan UFO di tengah-tengah masyarakat Amerika Serikat disebut “MIB”, singkatan dari
“Men in Black”, oleh karena berpakaian serba hitam. Manusia-manusia ajaib di Pulau Alor itu dapat juga disebut “MIB”, singkatan dari “Men in Blue”, oleh karena berpakaian serba biru tua.

Kasus Pulau Alor menjadi semakin menarik jikalau dihubungkan dengan penyaksian-penyaksian UFO di wilayah Papua Nugini pada tahun yang sama (1959). Secara geografis kedua tempat itu hanya terpisah sejauh 1125 mil (1800 km) dengan arah timur barat. Sesuatu aspek dari kasus Pulau Alor ialah bahwa manusia-manusia ajaib itu tidak disaksikan masuk keluar UFO. Hanya setelah sebuah UFO yang berbentuk telur itu tampak meninggalkan Pulau Alor, maka manusia-manusia ajaib itu tidak pernah disaksikan lagi. Di manakah UFO yang lonjong selama seminggu itu, apakah ia hanya melakukan antar jemput saja ataukah ia disembunyikan di suatu tempat?

Buku ini ditulis berdasarkan ceramah di Gedung Kebangkitan Nasional di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1979. Diterbitkan oleh Yayasan Idayu Jakarta 1982. Jadi, nampaknya apa yang diuraikan dalam surat kepada Prof. J. Allen Hynek masih berupa informasi awal, namun yang ditulis di buku sudah merupakan
hasil investigasi lebih lanjut.
Pada bulan Juli 1999, Pak Salatun pernah memberikan seminar tentang UFO di Jakarta. Saya (Nur Agustinus) menghadirinya waktu itu dan ada paper yang ditulis beliau. Dalam paper ini juga disinggung tentang insiden di pulau Alor. Demikian yang tertulis di paper:

Pada tahun 1959 makhluk UFO yang dijumpai di P. Alor seperti manusia biasa dengan roman muka yang berwarna merah dan rambut serta jenggot berwarna perak (platinum-blond). Bagian belakang kepalanya lancip keatas entah karena sisiran rambutnya atau entah karena leher bajunya seperti model Kaisar Ming dari Kartun Flash Gordon. Mengenai tingginya menurut keterangan bocah yang baru saja diculik: “Kalah tinggi dengan dokter Jerman yang suka datang kemari”.
Tingkah-laku makhluk-makhluk UFO juga tidak kalah ganjilnya: mereka kebal peluru, kalau jatuh dari pohon tampak melayang,dapat melompat seperti jago kungfu yang menguasai ilmu meringankan badan, dan dapat membuat dirinya tidak kasat mata (kasus Alwi Alnadad, P. Alor 1959)

Reference:

Alor Incident 60 Years of Unknown 1959-2019, Nur Agustinus, Venzha Christ, Bina Grahita Mandiri, Surabaya, 2019

http://www.project1947.com/shg/proceedings/shgproceed1.pdf

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *