Berikut ini adalah pernyataan dari Ibu Tjandra Kerton (Putri Almarhum Bapak Sudjana Kerton) :
π
Waktu & Musim
Kejadian itu berlangsung antara bulan Maret dan Mei tahun 1978, β saat itu masih sering hujan (tahun 1978 adalah tahun di mana hampir sepanjang tahun turun hujan).
π Kondisi Rumah Tangga
Saat itu anggota rumah tangga terdiri dari ayah saya π¨βπ¦³, saya sendiri π¦, seorang pembantu π©βπ³, dan seekor kucing peliharaan π bernama Macan. Ibu saya belum pindah ke Indonesia.
π Tempat Tinggal Sementara
Kami masih tinggal penuh waktu di galeri π¨, karena rumah tinggal belum dibangun. Tidak ada listrik π‘β, jadi kami menggunakan lampu minyak tanah π’ dan lilin π― untuk penerangan.
π Komunikasi
Tidak ada saluran telepon π΅.
π Malam Kejadian
Suatu malam kami pergi tidur π setelah mematikan lampu dan pembantu telah membersihkan serta pergi tidur π΄. Dia sudah memberi makan ayam-ayam π yang kami pelihara di kandangnya untuk malam itu.
Saya pergi tidur π€ dan sejauh yang saya ingat saya tidur nyenyak tanpa bermimpi π. Pagi harinya π , kami bangun, dan saya ingat ayah saya turun dari loteng tempat kami tidur di galeri sedikit lebih lambat dari biasanya β³. Dia tampak diam π€ dan tidak seceria biasanya. Dia keluar πΆββοΈ, lalu saya mendengar dia memanggil pembantu π£.
π Perilaku Aneh Hewan
Dia berkata bahwa dia melihat ayam-ayam di kandang gemetar dan tidak mengeluarkan suara π€«.
πΈ Jejak Misterius
Dia tidak mengatakan apa-apa kepada saya saat itu, tetapi sepanjang hari saya melihat dia banyak menghabiskan waktu di luar πΏ. Berikutnya saya tahu, dia menceritakan kepada saya bahwa dia melihat bekas suatu objek di rumput di belakang galeri π± dan ada juga jejak kaki π£. Jejak itu mirip bekas kuku belah π. Bekas itu berada di rumput panjang yang sangat kering βοΈ dan ayah saya menyatakan bahwa itulah tempat di mana sebuah UFO πΈ telah mendarat malam sebelumnya.
π½ Pengalaman Ayah
Seiring waktu, dan diceritakan terutama kepada teman-temannya, ayah saya menceritakan bahwa dia telah tidur π΄, lalu di tengah malam π terbangun oleh dua atau tiga sosok bayangan melayang di atasnya. Dia sangat ketakutan π¨ tetapi tidak mampu menggerakkan anggota tubuh.
Dua atau tiga sosok kecil tersebut memiliki kepala besar berbentuk telur π₯, mata hitam memanjang π€, dan tidak memiliki mulut π«π. Mereka setengah mengangkat tubuhnya π turun dari loteng, membawanya menyeberangi jarak pendek ke sebuah lapangan kecil πΎ di belakang galeri (kira-kira di lokasi jalan masuk menuju paviliun sekarang).
π Dibawa ke UFO
Dia βdiangkatβ ke dalam interior pesawat luar angkasa πΈ, di mana sosok humanoid raksasa berjubah π§ββοΈ datang menemuinya. Makhluk ini kemudian berkomunikasi dengan ayah saya secara telepati π§ π‘, mengatakan bahwa mereka akan membawanya berkeliling dunia lain πβ¨.
π¬ Pemeriksaan Fisik
Ayah saya juga diperiksa secara fisik π©Ί oleh alien-alien itu.
π Perjalanan Antar Planet
Dia juga diajak untuk melihat keluar melalui semacam jendela pengamatan πͺ. Dia dibawa ke sebuah planet lain πͺ yang terdiri dari bangunan-bangunan π yang terbuat dari es β atau semacam material mineral putih π. Dia dapat melihat sesuatu yang tampak seperti kota-kota π di dunia itu.
π¬ Pesan Filosofis
Humanoid raksasa itu kemudian mengajaknya melakukan percakapan panjang π£ mengenai makna kehidupan π± dan kehidupan di dunia atau planet lain. Pada dasarnya, humanoid itu mengatakan bahwa alam semesta π dan semua bentuk kehidupan diciptakan oleh Pencipta yang sama π.
Ayah saya juga menyebutkan bahwa dia dibawa ke planet-planet lain πͺπͺ setelah melihat dunia es tersebut. Dia tidak pernah menceritakan bagaimana dia meninggalkan pesawat luar angkasa itu β, tetapi tampaknya dia dikembalikan ke tempat tidurnya π di loteng galeri.
π Kesan Setelahnya
Ayah saya mengatakan bahwa dia mendengar suara dengungan kecil π yang aneh keesokan paginya. Dia juga diberi tahu bahwa pesawat luar angkasa bintang itu berasal dari bagian lain galaksi π, tetapi dia tidak bisa lagi mengingat dengan pasti.
π¨ Karya Seni & Bukti Fisik
Setelah itu ayah saya terbangun dan mendapati dirinya kembali di tempat tidurnya π di galeri.
Akhirnya, ayah saya kemudian mulai melukis dua lukisan cat minyak π¨π dan dua lukisan cat air π§πΌ tentang pengalaman ini, baik pada tahun yang sama atau pada tahun 1979.
πΌ Lukisan Paling Terkenal
Yang paling menakjubkan adalah lukisan terbesar dari seri ini, berjudul βMimpi UFOβ atau βDreaming of UFOsβ. Lukisan itu menggambarkan alien-alien π½ yang keluar dari pesawat luar angkasa mereka πΈ, yang telah mendarat di dekat galeri, dan juga jejak kaki di tanah π£, yang karena saat itu hujan β, terlihat jelas.
π£ Cetakan Jejak Kaki
Ayah saya membuat cetakan gips dari jejak-jejak tersebut π§±, sayangnya sekarang sudah hilang π«₯. Saya percaya ada foto-foto πΈ dari sebagian cetakan itu.
π₯ Saksi Lain
Itulah yang pada dasarnya terjadi, atau setidaknya apa yang ayah saya katakan telah terjadi, seperti yang dia ceritakan kepada saya dan teman-temannya, terutama salah satu tetangga kami, Pak Dedi Suardi π¨βπ, yang seumur hidupnya percaya pada UFO dan bahkan memasang teleskop π di rumahnya, yang terletak sekitar tiga kilometer dari rumah kami di Bandung. Sayangnya, dia telah meninggal β°, tetapi keluarganya sebenarnya telah menjadi saksi dari beberapa kejadian terkait UFO di dekat rumah mereka selama bertahun-tahun.
π¬ Tambahan Informasi
Sebagai tambahan informasi Ibu Tjandra Kerton juga menyatakan bahwa menurut bapaknya, para alienπ½ itu juga menyatakan bahwa mereka masih mempunyai hubungan (darah?) dengan manusiaπ¨β bumiπ.
πReferensi dan Dokumentasi

Foto Nugy (Wakil Ketua Beta Ufo Indonesia) dan Ibu Tjandra Kerton
Latar belakang Lukisan Bola Misteri (1978).
Art Moments, Agora Mall, 10 Agustus 2025

MIMPI UFO ( Sudjana Kerton, 1978)
200 by 300 cm

BOLA MISTERI (Sudjana Kerton, 1982)
61,4 x 46,5 cm
This watercolor depics a series of “balls”
seen by S.Kerton who described them as
small vessels similar to alien drones that
entered his bedroom through the roof.
Lukisan ini menggambarkan peristiwa penampakan
bola-bola bercahaya (warna utamanya kuning
tapi bisa berubah warna) seukuran bola tenis
yang memasuki kamar tidur Bapak Sudjana Kerton menembus
melalui atap rumahnya pada tahun 1982.